Anda sudah rajin menggunakan UTM di setiap kampanye. Anda merasa sudah melakukan langkah yang benar untuk melacak performa. Namun, saat membuka laporan di Google Analytics, Anda pusing tujuh keliling.
Di laporan Source/Medium, Anda menemukan facebook/cpc
, Facebook/cpc
, facebook.com/paid
, dan bahkan FB/ads
. Semuanya merujuk pada sumber yang sama, tapi tercatat sebagai entitas yang berbeda. Data Anda menjadi terfragmentasi, tidak akurat, dan sulit dianalisis.
Jika skenario ini terdengar familiar, Anda tidak sendirian. Menggunakan UTM itu mudah, tetapi menggunakannya secara konsisten dan benar adalah tantangan lain. Kekuatan UTM yang sesungguhnya bukan hanya pada kemampuannya melacak, tetapi pada kemampuannya menyajikan data yang bersih dan terstruktur.
Artikel ini bukan lagi tentang “apa itu UTM”, melainkan tentang “bagaimana menggunakan UTM dengan benar”. Mari kita bedah delapan best practice fundamental yang akan mengubah data berantakan Anda menjadi wawasan yang tajam.
1. Selalu Gunakan Huruf Kecil (Lowercase)
Ini adalah aturan paling sederhana namun paling sering dilanggar. Google Analytics bersifat case-sensitive, artinya Facebook
dan facebook
dianggap sebagai dua sumber yang berbeda.
Inkonsistensi ini akan memecah data Anda dan menyulitkan analisis. Bayangkan Anda harus menjumlahkan data dari lima variasi penulisan Facebook
yang berbeda secara manual hanya untuk mengetahui total trafik dari platform tersebut.
- Praktik Buruk:
utm_source=Facebook
,utm_source=Google
,utm_source=LinkedIn
- Praktik Baik:
utm_source=facebook
,utm_source=google
,utm_source=linkedin
Solusi Praktis: Jadikan kebiasaan untuk mengetik semua parameter UTM dalam huruf kecil, tanpa terkecuali.
2. Gunakan Tanda Hubung (-) untuk Spasi
URL tidak dapat memproses spasi. Saat Anda menggunakan spasi dalam parameter UTM, browser akan mengubahnya menjadi kode seperti %20
, membuat URL Anda terlihat panjang, jelek, dan tidak profesional.
Sebagai gantinya, gunakan tanda hubung (-
) atau garis bawah (_
). Kami lebih merekomendasikan tanda hubung karena secara umum lebih disukai oleh mesin pencari untuk memisahkan kata.
- Praktik Buruk:
utm_campaign=promo lebaran 2025
- Praktik Baik:
utm_campaign=promo-lebaran-2025
3. Buat Dokumen Konvensi Penamaan (Naming Convention)
Inkonsistensi adalah musuh utama data yang bersih. Masalah ini sering terjadi ketika lebih dari satu orang dalam tim membuat UTM link. Orang pertama mungkin menggunakan utm_medium=cpc
, sementara yang lain menggunakan paid-social
.
Solusi: Buat sebuah dokumen sederhana (misalnya di Google Sheets) yang menjadi “sumber kebenaran tunggal” untuk penamaan UTM di perusahaan Anda.
Dokumen ini harus mendefinisikan secara jelas:
- Nama
source
yang disetujui (misal:google
,facebook
,instagram
,newsletter
,tokopedia
). - Nama
medium
yang disetujui (misal:cpc
,organic-social
,email
,referral
,display
). - Format standar untuk
campaign
(misal:produk-tujuan-bulan-tahun
->sepatu-diskon-juli-2025
).
Dengan adanya panduan ini, siapa pun yang membuat UTM akan mengikuti format yang sama, menghasilkan data yang terstandarisasi.
4. Jaga agar Tetap Deskriptif namun Ringkas
Parameter UTM, terutama utm_campaign
, harus cukup deskriptif agar Anda bisa memahaminya sekilas, tetapi jangan terlalu panjang. Tujuannya adalah kejelasan, bukan menulis novel.
- Praktik Kurang Baik:
utm_campaign=promo
(Terlalu umum, promo apa?) - Praktik Buruk:
utm_campaign=promo-diskon-besar-untuk-semua-produk-di-bulan-juli-khusus-pengguna-baru
(Terlalu panjang). - Praktik Baik:
utm_campaign=diskon-25persen-juli-2025
Format yang jelas membantu Anda dengan cepat memfilter dan membandingkan performa kampanye di Google Analytics.
5. Pahami Perbedaan Source, Medium, dan Campaign
Kesalahan umum lainnya adalah mencampuradukkan parameter ini. Untuk memastikan data Anda akurat, penting untuk memahami peran masing-masing. Pahami dulu 5 Komponen Utama UTM Parameter yang Wajib Anda Ketahui jika Anda belum yakin.
- Source: Di mana pengguna berada? Ini adalah platform atau situs web spesifik. (Contoh:
google
,facebook
,newsletter-juli
). - Medium: Bagaimana pengguna sampai ke situs Anda? Ini adalah saluran pemasarannya. (Contoh:
cpc
,organic-social
,email
). - Campaign: Mengapa pengguna datang? Ini adalah nama kampanye spesifik Anda. (Contoh:
promo-kemerdekaan
,peluncuran-produk-baru
).
Contoh yang Salah: utm_source=cpc
& utm_medium=facebook
. Ini terbalik. Seharusnya utm_source=facebook
& utm_medium=cpc
.
6. JANGAN Pernah Gunakan UTM untuk Tautan Internal
Ini adalah kesalahan fatal yang dapat merusak integritas data Anda. UTM dirancang untuk melacak trafik yang datang dari sumber eksternal.
Jika Anda menempatkan tautan ber-UTM pada tombol “Beli Sekarang” di homepage Anda yang mengarah ke halaman produk, inilah yang akan terjadi: Ketika pengunjung yang datang dari Google (source=google
, medium=organic
) mengklik tombol itu, sesi mereka akan di-reset. Google Analytics akan mencatat sesi baru yang sumbernya adalah homepage
(atau apa pun yang Anda tulis di UTM), bukan lagi google/organic
.
Akibatnya, Anda akan kehilangan data atribusi yang sesungguhnya. Anda tidak akan pernah tahu bahwa konversi tersebut sebenarnya berasal dari pencarian organik di Google.
Aturan Emas: Untuk melacak klik pada tautan internal (seperti banner di homepage atau tombol CTA), gunakan fitur Event Tracking di Google Analytics 4.
7. Gunakan URL Shortener untuk Tautan yang Dilihat Publik
URL yang panjang dengan parameter UTM bisa terlihat mengintimidasi dan tidak rapi, terutama saat dibagikan di media sosial atau di profil bio Anda.
Setelah Anda membuat URL lengkap dengan parameter UTM, gunakan layanan penyingkat URL seperti bit.ly
atau sejenisnya. Ini tidak akan memengaruhi pelacakan UTM, tetapi akan memberikan pengalaman yang lebih baik bagi pengguna.
- URL Asli:
https://ramadigital.id/blog/artikel-baru?utm_source=instagram&utm_medium=organic-social&utm_campaign=tips-mingguan
- URL Setelah Disingkat:
https://bit.ly/tips-mingguan-rama
(Jauh lebih bersih!)
8. Lacak Semua Tautan UTM Anda dalam Spreadsheet
Mengandalkan ingatan atau fitur history di UTM generator adalah resep untuk bencana. Buatlah spreadsheet sederhana untuk mencatat setiap tautan UTM yang Anda buat.
Kolom yang perlu ada minimal:
- Tanggal Pembuatan
- URL Asli (tanpa UTM)
- URL Final (dengan UTM)
- Source
- Medium
- Campaign
- URL yang Sudah Disingkat (jika ada)
- Catatan (misal: “Untuk postingan IG Story tanggal 15 Juli”)
Ini tidak hanya membantu menjaga konsistensi, tetapi juga berfungsi sebagai arsip kampanye yang bisa Anda tinjau di masa depan.
Kesimpulan: Disiplin Adalah Kunci
UTM adalah alat yang luar biasa kuat, tetapi ia hanya secerdas penggunanya. Tanpa disiplin dan standar yang jelas, alat ini justru bisa menciptakan kekacauan data yang menyesatkan pengambilan keputusan.
Mulailah dengan menerapkan delapan best practice ini hari ini. Buat dokumen konvensi penamaan Anda, sosialisasikan kepada tim, dan berkomitmenlah pada kebersihan data. Dengan data yang rapi dan terstruktur, Anda akan mampu membuka wawasan yang jauh lebih dalam untuk mendorong pertumbuhan bisnis Anda.
Setelah Anda menguasai best practice ini, lihat bagaimana data yang rapi ini kami gunakan dalam [Studi Kasus] Bagaimana UTM Membantu Kami Melacak Asal Konversi Iklan Facebook.